Jumat, 07 Februari 2020

BIOGRAFI SINGKAT MBAH SIROJ PAYAMAN

BIOGRAFI SINGKAT MBAH SIROJ PAYAMAN

Almarhum KH Anwari Sirajd dikenal dengan sosoknya yang sederhana, bersahaja dan bijaksana. Penuh dengan kelembutan serta tutur katanya yang halus merupakan ciri khususnya bila berhadapan dan memberikan wejangan berupa ceramah dan nasihat kepada ribuan santrinya di Pondok Sepuh.
Ulama besar ini konon dikenal dengan kedigdayaan ilmu karomahnya setelah menjalani pendidikan Islam di Kota Mekkah bersama Almarhum Mbah Dahlar yang merupakan pendiri sekaligus pimpinan Ponpes Watu Congol, Gunungpring, Muntilan, Magelang dan Almarhum KH Hasyim Ashari pimpinan Ponpes Tebu Ireng, Jombag.

Usai berguru ilmu kitab tafsir dan hadis Al Bukhori sohih secara langsung selama tujuh tahun, ketiga ulama besar itu langsung naik daun. Mereka langsung dikenal sebagai kiai yang pamornya menggemparkan di seluruh Indonesia, terutama dikalangan pejuang.

Almarhum Kiai Anwari Sirajd sendiri namanya harum saat era perjuangan melawan kolonial Belanda. Kedigdayaan ilmu karomah yang dimilikinya dipercaya sebagai senjata ampuh untuk melawan Belanda, selain itu juga dipercaya dapat mencegah bencana letusan dan erupsi Gunung Merapi.

Saat itu ia diberikan gelar kehormatan Romo Agung oleh Belanda, karena berhasil menghalau awan panas dan lahar erupsi Gunung Merapi yang mengancam wilayah Kota Magelang yang pada zaman itu menjadi markas dan pusat Pemerintahan Gubernur Belanda.

“Belanda berikan Gelar Romo Agung dulu saat Merapi meletus. Belanda ingin halau lahar, minta doa ke Mbah Irsajd, doanya kabul tidak terjang Kota Magelang. Sehingga kejadian itu dikaitkan dengan rutinitas pembacaan Kitab Bukhori Sokhi yang dikenal dengan pengajian Sema’an Bukhoren membaca kitab Bukhori yang setiap Ramadan satu bulan penuh digelar di Masjid Agung, alun-alun Kota Magelang sampai sekarang,” kata KH Mafatikhul Huda, salah seorang cicit Almarhum KH Anwari Sirajd.

Menurutnya, keampuhan ilmu karomah yang dimiliki Almarhum terbukti saat terjadi agresi militer Belanda I. Saat itu Masjid Agung Payaman diserang Belanda pada tahun 1948 dengan membabi buta. Belanda selalu mencari sosok KH Sirajd yang dikenal sebagai pimpinan para santri pejuang.

Pencarian dilakukan mulai masjid sampai di beberapa kampung di Payaman, Magelang. Namun, hanya pohon-pohon sekitar yang terbakar karena KH Sirajd dan santri yang sempat bersembunyi di bawah masjid berhasil melarikan diri ke Desa Canden yang jaraknya 10 kilometer dari Masjid Agung Payaman, Magelang.

Kemudian, sebelum Serangan Umum 1 Maret 1949, para santri dibekali oleh bambu runcing sebelum melakukan penyerangan ke Ambarawa. KH Subkhi pendiri Ponpes Bambu Runcing, Parakan, Temanggung yang saat itu masih menjadi santri Mbah Sirajd diperintahkan mencari bambu sebanyak-banyaknya dan diruncingkan untuk menjadi senjata melawan Belanda dalam Serangan Umum 1 Maret.

“Saat itu Mbah Sirajd memberikan bambu-bambu itu dengan doa-doa dan membawa kemenangan meski tentara Belanda memiliki senjata lengkap dan otomatis,” kata dia.
KH Subkhi kemudian memberi nama pondok pesantren yang didirikannya dengan nama Ponpes Bambu Runcing, Parakan, Temanggung, Jawa Tengah yang masih berdiri kokoh dan eksis sampai sekarang. Kini, di Ambarawa berdiri kokoh sebuah monumen sebagai simbol agresi militer dengan nama Museum Palagan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Pada masa penjajahan, hanya KH Siraj yang diberikan kebebasan oleh Belanda untuk berdakwah ke berbagai daerah. Hal itu karena Belanda merasa segan dengan Karomah dan kesaktian yang dimiliki KH Siraj.
“Romo KH Siraj orang yang membawa Payaman ini dari jahiliyah menjadi madaniah. Dan setelah Belanda kalah, maka mulai digelarlah tradisi syawalan, atau dikenal bodo kupat, sejak 1950-an.” tutur Imam Masjid Agung Payaman yang juga sesepuh sekaligus cucu dari KH Siraj, Muhammad Tibyan (57). KH Siraj sendiri meninggal di usia 70 tahun pada tahun 1959

MAKAM MBAH SIROJ PAYAMAN

Makam mbah Siroj Payaman terletak di belakang Masjid Agung Payaman.
Sebelum akhir hayat beliau pernah berwasiat pada salah satu putrinya bernama Zahro agar jasadnya dimakamkan di belakang masjid karena pada suatu kali beliau pernah bertemu dengan seorang auliya' yang telah dimakamkan persis makam beliau sekarang ini. beliau wafat hari Kamis Pahing 20 Agustus 1959 M / 15 Safar 1379 H

ERANG ERANG SEKAR PANJANG

Satu hal yang perlu dicatat adalah karya tulis beliau yang konon merupakan inti sari dari kitab Ihya Ulumuddin, karya yang berujud not-not sya'ir arab ( bahr) diciptakan tanpa dipersiapkan terlebih dahulu. dibaca dan santri beliau mencatatnya. dalam memahami kitab dan mengubah dari natsar ( yang bukan bentuk bait ) kedalam bentuk sya'ir secara spontan adalah suatu prestasi tersendiri untuk beliau. 

ERANG-ERANG SEKAR PANJANG terdiri dari 3 juz berhuruf pegon ( huruf arab dan berbahasa jawa ) berisi falsafah dan hakikat kehidupan.

Bismillahirokhmaanirokhim

Laa illaha illaAllah - Almalikul khakul mubin
Muhammadur rosullah - hi sodikul wa'dil amin

---Bab Banget Bungah Ono Dunyo---
Ojo siro banget-banget
Gon mu bungah ono dunyo
                  Malaikat juru pati
                  Nglirak-nglirek maring siro
Olai ngelirik malaikat
Arep njabut nyowo siro
                  Gone Njabut angenteni
                  Dawuhe kang Moho Mulya
Sak wuse di dawuhi
Banjur tandang karo kondo
                 Aku iki ming sak deromo
                 Koe ora keno semoyo

Artinya
"Bab Senang Terhadap Dunia"
Jangan kamu begitu | Terlalu senang di dunia
Malaikat pencabut nyawa | Melirik terhadapmu
Malaikat melirikmu | Mau mencabut nyawamu
Mau mencabut menunggu | Perintah Yang Maha Mulya
Sesudah di perintah | Langsung siap dan berucap
Aku ini hanya sekedar | Kamu tidak bisa berucap 

Kesimpulannya.
"Jangan terlalu mengejar dunia untuk bersenang-senang sebab di dunia ini hanya sebentar kalo istilah orang-orang terdahulu 'mung mampir ngombe.' Bagi orang islam seharusnya menjalankan perintahNya dan Menjauhi semua Larangannya, karena yang namanya Mati itu urusan Allah yang bisa datang sewaktu-waktu. Sang malaikat maut sudah siap sewaktu-waktu menjabut nyawa. Tak perduli dimana pun dan kapanpun. Bersyukur bila mati dalam keadaan Khusnul khotimah tapi kalo mati dalam keadaan yang kurang baik (su'ul khotimah) naudzubilahimindzalik. Saudara muslim hidup ini cuma sementara, karena ada hidup yang lebih kekal setelah ini di akhirat sana."

Source:Dari berbagai sumber
#SantriMbelinxsID
#NahdhotulUlama
#AhlusSunnahWalJamaahAnNahdhiyyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERJEMAHAN KITAB KASYIFATUS SAJA - SYARAH SAFINATUN NAJA

TERJEMAHAN KITAB KASYIFATUS SAJA  - SYARAH SAFINATUN NAJA | Pustaka Mampir Karya Syekh Muhammad Nawawi b...