Minggu, 02 Februari 2020

KECINTAAN GUS BAHA' PADA ILMU

KECINTAAN GUS BAHA' PADA ILMU 

Membahas keyakinan tentang hidup dan apa yang menyebabkan hidup, suatu saat istri Gus Baha’ sampai bercanda.

“Gus, njenengan bisa hidup itu saja sudah bagus.”
“Memangnya kenapa?”
“Kelihatannya orang yang paling bingung di dunia itu njenengan, tidak menggagas omongan orang lain.” 
{saya kira ini salah tulis, seharusnya YANG PALING TIDAK BINGUNG ATAU TIDAK PERNAH BINGUNG)-

Ya (istri saya itu benar), saya (akui) memang begitu. Makanya saya nikah nggak cerai itu sudah bagus, karena saya itu antara kitab dan istri, lebih suka kitab.Saya tidak pernah membelikan perhiasan ke istri harga jutaan. Tapi klo membelikan kitab, berulang kali. Kitabnya mahal, lemarinya juga mahal. 

(Istri saya menyindir), “Wah, masih punya dobelannya, Gus.” 
Saya itu punya kitab Minhajul Abidin-nya Imam Ghazaliy, tiap haulnya Bapak, saya beli 60 eksemplar, saya kasihkan kepada yang mengaji. Bidayatul Hidayah saya sampai lupa berapa jumlah yang saya beli. Wahhab banyak. Ihya’ punya empat penerbit. Saya memang punya kebiasaan beli beberapa penerbit, supaya kalau ada salah cetak bisa melihat terbitan yang lain. 

Pas membeli Musnad Ahmad harganya 2,8 juta, saya diejek juga sama istri, “Kalau yang ini tidak akan mungkin bisa membeli dobelannya, harganya sudah seperti setan).” 

Tapi ternyata saya beli dapat di Lebanon. Di Indonesia tidak ada. Dapat juga. Saya bilang, “Kata siapa saya tidak dapat dobelannya?” 
Itu karena saking senang saya dengan ilmu. Lha yang begini kok dilawan orang yang taqrib saja terbata-bata. Kan tidak imbang. 

JANGAN SOK SEDIKIT-SEDIKIT SUNNAH RASUL

Makanya kalau menjelaskan sunnah rasul itu yang komprehensif. Karena sunnah rasul itu macam-macam. Sebagaimana saya jelaskan kemarin:
Saya di Jakarta bertemu orang macam-macam. Pernah ada satu acara, yang datang kyai, ya biasa, pakai sarung, pakai celana. Itu pas mulai pegang mic, ada separuh hadirin keluar.
Alasan mereka, “Belum-belum kok nggak pakai sunnah rasul.”
Karena kyainya nggak cingkrang.
Ketika saya ditanya, “Pak Baha’, mengapa masih mendengarkan mereka? Mereka tidak mengikuti sunnah rasul (nggak cingkrang)?”
Kata saya begini, “Rasulullah itu hafal Al-Quran. Dan saya kebetulan saya hafal, jadi saya sudah mengikuti sunnah rasul. Jadi kalau Anda ingin sunnah rasul seperti saya, Anda harus hafal Al-Quran. Kalau cuma memotong celana itu gampang. Itu kan murah sekali dan mudah.” 
Itu membuat mereka berpikir. Ternyata mereka bilang sunnah rasul itu hanya jenggot, cingkrang, dan ... poligami biar ada tambahannya. 
Surbanan, jubahan itu sunnah rasul, tapi shalat pakai sarung saja dengan mengikatkannya di leher itu juga sunnah rasul. Bagaimanapun juga di antara sunnah rasul itu (kita lakukan) karena kita bisa membelinya. Kalau tidak mampu beli harus bagaimana?
Jabir di era thabi'in itu pernah shalat, bawa surban, bawa jubah, lalu beliau gantungkan, shalat hanya pakai sarung diikatkan leher. Thabi'in merasa janggal.
“Ya Jabir shahabat Rasulullah, bukankah surbanan itu sunnah Nabi?” 
Jabir menjelaskan, “Ya itu sunnah Nabi plus karena kalian bisa beli. Saya melakukan ini agar orang-orang bento seperti kalian tahu semua. (Jabir mulai menangis) Kafan orang mati rapat atau tidak?”
“Ya rapat.” Jawab thabiin.
“Ketika Sayyid Hamzah ahabbunnas ila rasulillah, kapundhut, kafannya tidak cukup. Ditutupkan kepala beliau, kaki nampak. Ditarik ke kaki, kepalanya nampak. Sekarang kau pakai pakaian lengkap.”
Lalu nampak sedikit-sedikit sunnah rasul. Sunnah rasul itu orang yang melakukan semua yang pernah dilakukan Nabi, termasuk Nabi pernah shalat dalam keadaan takut, pernah shalat tidak bisa wudlu, pernah shalat dalam tekanan, termasuk pernah shalat hanya memakai selambar pakaian.
Paham ya. Jadi macam2.
Karena itu sekarang misalnya shadaqah sunnah rasul. Ya itu karena kau mampu!
Termasuk sunnah rasul itu kau kelaparan sampai perutmu kau ganjal batu. Kau berani tidak? Tidak, ini fair saja. Berani tidak? 
Ujung-ujungnya kita bilang sunnah rasul itu yang asyik-asyik saja: Kalau kau shadaqah kan gagah! Sudah gagah, dipuji lagi. Pasti itu karena kau punya uang. 
Coba kau pilih sunnah rasul dikejar-kejar orang 10 tahun lalu kelaparan perut diganjal, tidak kunjung menang. Itu lakukan dulu 13 tahun. 
Poligamilah juga perlu diberi pertanyaan begitu. Sunnah rasul itu istri banyak. Iya, setelah istri pertama mati, orang semua tahu. Nabi SAW beristri banyak setelah Khadijah kapundhut atau masih hidup? Jawab saja! 
Sekarang pertanyaannya, orang2 yang poligami sekarang itu tidak tergesa-gesa, menunggu istrinya mati, ataukah tidak usah menunggu istri pertamanya mati? 
Kalau ingin poligami ya poligami saja, tidak usah bilang itu sunnah rasul. Karena konsekuensinya kalau kau bilang persis, ya persiskan dulu, istrimu itu suruh mati duluan. 
Kalau poligami, biasa saja menjawab ketika ditanya kenapa poligami. Jawab saja “memang ingin.” Sudah selesai, kan. Lha kenapa kok ingin? Ya karena punya uang. Karena kalau tidak punya uang, keinginan poligami itu pasti hilang.
Tapi nggak usah sok suci sedikit-sedikit sunnah rasul. Biasa sajalah. Kalau ingin amal, amal saja. Bagaimanapun juga zina itu buruk, bagusnya kawin. Jadi jujur. Itu sunnah rasul, jujur adalah sunnah rasul. Iya kan? Nabi SAW ngendikan nikah itu sederhana: kenapa orang kok nikah?
فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ
Bagaimanapun juga kalau sudah ingin tahu rasanya perempuan, kawinlah. Kalau ingin ya kawin, itu menjaga dari zina.
Nabi sederhana ngendika: pokoknya butuhnya nikah itu supaya tidak zina.
Tapi orang sekarang kan berlebihan. Sok paling sholeh: poligami memperbanyak umat Nabi, alasan begini begitu. Lha meski istrimu buruk rupa kan juga bisa produksi. Tapi kau nggak kuat mental kan kalau istrimu jelek. Lha iya, kalau tujuannya memperbanyak umat, coba pilih empat orang yang kau nikah itu yang fisiknya buruk semua. Tetap bisa kan produksi manusia. Tapi kau tetap memilih yang cantik-cantik.
Makanya sudah tidak usah berlebihan ya. Biasa saja meniru Nabi mengapa nikah, ya
أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ
Bagaimanapun juga menikah itu membuat tidak berzina.
Makanya kau yang hormat dengan istrimu, yang telah mencegahmu dari zina. Karena itu cintai istrimu yang benar.
Nah sebab tidak zina itu juga karena kau melarat. Itu juga harus kau syukuri, bagaimanapun juga sebabmu tidak berzina itu karena melarat.

JADI WALI JALUR MUDAH
Tapi lebih tinggi lagi punya uang terus tidak berzina. Itu langsung wali, perkaranya punya kesempatan kok tidak tidak melakukan. Karena tujuh golongan yang:
يُظِلُّهُمُ اللَّهُ في ظِلِّهِ يَوْمَ لا ظِلَّ إلَّا ظِلُّهُ
Itu tidak ada orang melarat. Yang termasuk di dalamnya adalah lelaki ganteng, diajak perempuan cantik, menolak. Artinya syarat tidak berzina menjadi wali itu harus punya kesempatan. Tidak berzina saja juga sudah baik, tapi belum wali. Kalau punya kesempatan, kok menolak, itu wali. Padahal yang punya kesempatan orang kaya atau melarat? Kaya. Karena itu orang kaya itu mudah menjadi wali, tiap nggak jadi maksiat dia menjadi wali. Pokoknya usahakan tidak jadi, itu mudah jadi wali.
Kanjeng Nabi naik unta membaca:
سُبْحَانَ الَّذِيْ سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِيْنَ. وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ
Saat kau naik bus umum atau pribadi Kijang Innova, kau tidak bisa bikin hukum:"aku tidak membaca doa itu karena Nabi SAW membaca doa itu pas naik unta."
Hukum membaca doa itu tetap, soal kendaraan apa suatu saat berganti. Makanya orang yang sedikit-sedikit sunnah rasul itu juga ada bodohnya. Kalau mengikuti sunnah rasul ya membaca
سُبْحَانَ الَّذِيْ سَخَّرَ لَنَا
saat kau naik unta saja.
Itu saja masih belum persis sunah rasul, karena naiknya harus di Mekkah. Kalau sudah di Mekkah, masih ada masalah karena untanya ternyata bukan untanya Kanjeng Nabi. Rusak dah! 
Makanya orang yang sedikit-sedikit sunnah rasul itu juga ada kelirunya. Tapi kau menyalahkannya juga bodoh, karena jadinya kau sekuler. Tapi jika kau imani terlalu juga nampak bodohnya wong sisi bodohnya juga benar2 banyak. 
Lama2 ada orang shadaqah jadi begini:
Sedekah sunnah rasul itu kurma, karena pada orang melarat, Nabi memberinya kurma. Jelas hadits shahih pemberian Nabi adalah kurma. Sekarang kau misalnya ada orang Indonesia kelaparan, kau bilang, "sebentar saya carikan kurma, beras itu bukan sunnah rasul. Kau ini mau buat orang kelaparan tambah giginya ngilu atau gimana? 
Nggak ada kan yang memaksakan sedekah kurma. Kau orang Indonesia sedekahnya beras atau uang.
Baju juga begitu. Nabi memberi baju jubah pada Uwais al Qarni. Lalu orang pendek kriting kerja kasar kau sedekahi jubah, karena Nabi memberi baju berupa jubah.
Jadi bilang sunnah rasul itu mbok ya agak dipikir to. Bagaimanapun juga secara aturan fiqih:
الحكم يدور مع علته وجودا وعدما
Hukum itu berputar tetap sesuai konteksnya.
Bukan berarti hukumny berubah. Tidak. Konteks itu tidak merubah hukum. Jadi hukum itu tidak pernah berubah, tapi yg bawaan zaman, tempat, itu tidak usah terlalu kau perdalam seperti di atas itu.
***
Sepenggal pengajian Gus Baha 

Silakan dikoreksi,
Korek Engkek

#SantriMbelinxsID
#NahdhotulUlama
#AhlusSunnahWalJamaahAnNahdhiyyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERJEMAHAN KITAB KASYIFATUS SAJA - SYARAH SAFINATUN NAJA

TERJEMAHAN KITAB KASYIFATUS SAJA  - SYARAH SAFINATUN NAJA | Pustaka Mampir Karya Syekh Muhammad Nawawi b...