SantriMbelinxs.ID - Fenomena “hijrah”, terutama di kalangan para artis, semakin menegaskan bahwa Indonesia itu negara Islam. Dalam arti negara yang keislamannya tidak perlu diragukan lagi. Banyak orang Islam serta menerapkan nilai keislaman. Jadi, aneh saja jika masih ada yang ngotot ingin menjadikan Indonesia Negara Islam. Rasa-rasanya kok tidak perlu.
Ibarat kata, orang cantik tidak perlu distempel cantik di dahinya. Tidak perlu juga ia membawa kertas bertuliskan “saya cantik.” Karena orang sudah tahu bahwa ia cantik.
Yang terbaru adalah hijrahnya seorang Deddy Corbuzier. Hanya saja, seorang yang disebut sebagai The Father of Youtube Indonesia ini tidak mau dikatakan berhijrah layaknya tren hijrah akhir-akhir ini.
Hijrahnya Deddy Corbuzier Itu Beda
Memang Deddy Corbuzier tidak mau dikatakan ikut-ikutan tren hijrah. Akan tetapi, apa yang ia lakukan sebenarnya sudah dalam kategori hijrah.
Menurut Bahasa, hijrah artinya berpindah. Orang yang berpindah dari suatu kota ke kota yang lain disebut berhijrah. Makanya, sahabat Nabi Muhammad yang dulu hijrah atau berpindah dari Makkah ke Madinah disebut sebagai muhajirin, yaitu orang yang berhijrah.
Akan tetapi, ada juga sebuah hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori yang menyatakan bahwa hakikat orang hijrah adalah orang yang meninggalkan larangan Allah.
Dari dua istilah tersebut, muncullah pembagian hijrah. Ada hijrah secara fisik. Ada yang hijrah secara nilai.
Apa yang dilakukan oleh artis yang berhijrah itu bisa diartikan mereka hijrah secara nilai. Begitu juga dengan seorang Deddy Corbuzier.
Makna hijrah semakin sempit lagi. Jika dilihat dari fenomena sekarang ini, kebanyakan orang mengartikan hijrah sebagai upaya untuk meniru apa yang dilakukan oleh Nabi. Dengan kata lain, mereka ingin menjalankan sunnah Nabi.
Karena pemahaman seperti itu, banyak dari mereka yang meniru Nabi Muhammad secara fisik, seperti memanjangkan jenggot, memakai sorban, mengenakan jubah, dan lain sebagainya.
Tentu itu bukan hal yang salah. Hal semacam itu juga dinamakan sunnah. Hanya saja, sunnah Nabi seperti itu tidak disampaikan oleh Aisyah, istri Rasulullah. Ketika ada sahabat yang bertanya tentang sunnah Nabi, Aisyah menjawab bahwa Nabi itu orang yang tidak mudah marah, selalu memaafkan kesalahan orang lain, selalu memenuhi undangan orang miskin, dan lain sebagainya. Apa yang dikatakan Aisyah tersebut bersifat ahwal atau perbuatan, bukan yang bersifat aksesoris seperti memakai jubah dan memanjangkan jenggot.
Hal ini pula yang dikritik oleh seorang ulama’ muda dari Rembang, Gus Baha’. Dalam sebuah pengajian, beliau mengatakan sah-sah saja meniru sunnah Nabi dalam hal berpakaian atau berpenampilan. Akan tetapi, menurut beliau, akan lebih hebat jika umat Islam mengikuti sunnah Nabi dalam hal ahwal atau perbuatan.
Apa yang dilakukan oleh Deddy Corbuzier bisa jadi intepretasinya terhadap apa makna dari hijrah seperti penjelasan Gus Baha’. Ia mengatakan bahwa dirinya tidak ingin mengikuti tren hijrah seperti yang dilakukan oleh artis. Dalam arti, ia tidak ingin berhijrah yang sifatnya aksesoris.
Pemaknaan hijrah oleh Deddy Corbuzier tersebut semakin jelas berbeda dengan pemaknaan hijrah oleh sejumlah artis manakala Deddy diminta untuk memakai peci. Seorang Youtuber perempuan Indonesia, Ria Ricis, membuat vlog khusus setelah Deddy masuk islam. Ria Ricis membawakan hadiah yang bernuansa Islam. Salah satu hadiah yang ia bawa adalah peci.
Deddy diminta untuk memakainya. Kemudian, ada satu kalimat yang Deddy ucapkan. Peci itu bukan tanda Islam tapi hanya budaya. Perkataan tersebutlah yang membuat semakin jelas bagaimana Deddy memahami Islam. Bagaimana ia memahami hijrah. Bahwa hijrah itu bukan hanya mengganti penampilan.
Sekali lagi, tentu bukan hal yang salah jika seseorang hijrah dengan melakukan sunnah nabi yang sifatnya aksesoris. Namun, mana yang lebih unggul, apakah sunnah yang sifatnya aksesoris atau mengikuti sunnah Nabi yang bersifat ahwal?
Berhijrah dengan Gus Baha’
Fenomena para artis berhijrah (yang sifatnya aksesoris) tidak lepas dari dengan siapa mereka hijrah. Kebanyakan mereka hijrah dengan ustadz atau da’i yang memang lebih menonjolkan soal penampilan. Sunnah Nabi lebih diartikan tentang bagaimana penampilan Nabi saat itu, seperti memakai jubah dan berjenggot.
Tentu tidak salah. Akan tetapi, ada logika serampangan yang mereka pahami. Contohnya saja tentang jubah yang dianggap sebagai pakaian sunnah. Jika memakai jubah itu sunnah (dan memang itu sunnah), maka memakai pakaian selain jubah itu bukan sunnah. Padahal, ada makna yang lebih dalam mengapa Nabi memakai jubah. Jubah waktu itu adalah pakaian yang menjadi budaya orang Arab. Dan itu dipilih dan dipakai oleh Nabi sebagai penghormatan terhadap budaya Arab. Toh pakaian berupa jubah tersebut tidak menyalahi aturan Islam.
Jika itu logikanya, seharusnya memakai pakaian adat setempat juga dianggap sunnah asalkan tidak menyalahi aturan agama, seperti memakai sarung. Itu menjadi kesimpulan apa itu sunnah jika memahami logika Nabi Muhammad SAW.
Jadi, yang lebih penting dalam hal memahami sunnah Nabi bukan melihat penampilan Nabi saja. Lebih dari itu, harus juga ditekankan bagaimana logika nubuwwah Nabi Muhammad SAW. Dan itu menurut Gus Baha’ level sunnah-nya lebih tinggi.
Gus Baha’ mengatakan seseorang mengikuti sunnah Nabi dengan memakai jubah, maka nilai sunnahnya hanya senilai jubah. Berbeda jika seseorang mengikuti sunnah Nabi dalam hal berpikir dan juga berperilaku. Ini nilainya jauh lebih tinggi.
Maka tidak heran jika beberapa orang yang merasa sudah berhijrah serta sudah kembali ke Alquran dan Sunnah mudah sekali menyalahkan orang lain, bahkan mengkafirkan orang lain. Hal itu dikarena mereka tidak memahami sunnah Nabi secara mendalam. Pernahkah Nabi menyalahkan dan mengkafirkan orang lain yang sudah masuk Islam?
Bahkan diterangkan di dalam Kitab Ihya’ Ulumiddin bahwa Nabi Muhammad SAW tidak pernah berkata kasar sekalipun pada orang yang membenci beliau.
Maka dari itu, membayangkan para artis hijrah bersama Gus Baha itu menyenangkan. Banyak sekali hal yang berbeda. Orang Islam menjadi lebih rileks. Mereka tidak lagi terlalu sensitif, mudah marah, dan mudah menyalahkan orang lain.
Dan yang pasti, para penggemar Gus Baha’ pun semakin senang. Bayangkan saja jika para artis hijrah bersama Gus Baha’. Pengajian Gus Baha’ di Youtube tidak hanya suara saja. Atau mentok ada video yang direkam dengan kamera kualitas rendah.
Akan banyak channel Youtube para artis yang merekam video pengajian dengan Gus Baha’. Videonya jelas. Audianya jernih. Ada artis yang pakai peci hitam yang dipakai sedikit ke belakang seperti Gus Baha’. Mereka tidak pakai celana cingkrang atau jubah karena mereka tahu memakai sarung juga tak kalah “sunnah.”
Dan akan ada nama artis yang disebut sebagai bahan gojlokan atau olok-olokan. Bukan lagi Kang Rukhin atau Kang Musthofa.
--
Oleh: Teguh Riyanto via pecihitam.org