GUS BAHA':KEISTIMEWAAN MUKJIZAT AL-QUR'AN
Mukjizat sebagai amrun khariq lil 'adah, sesuatu kejadian luar biasa di luar kebiasaan manusia, seperti mukjizatnya Nabi Musa bisa membelah lautan dengan tongkat dan Nabi Sholeh bisa mengeluarkan onta dari dalam batu. Nabi Muhammad Saw. diberi mukjizat berupa Al-Qur'an.
Lalu apa keistimewaan mukjizat al-Quran dibanding mukjizat- mukjizat para nabi lainnya? Gus Baha' dalam pengajian darusan di Menara Kudus tadi malam menjelaskannya begitu mudah, jelas dan gamblang. Hadirin menjadi paham tanpa berpikir mendalam sekalipun. Karena logika yang dibangun benar-benar mudah sebagaimana metode dan konsep pemahaman yang dibangun Nabi Muhammad Saw. melalui Al-Quran.
Itulah kenapa al-Quran benar-benar sebagai afdhalul mu'jizat, mukjizat terkeran dan terhebat. Begitupun Nabi Muhammad Saw. sebagai afdhalul anbiya wal mursalin, awwalin wal akhirin.
Sebagaimana dijelaskan Nabi Muhammad Saw. dalam riwayat Imam Bukhori bahwa mukjizat-mukjizat para nabi terdahulu bersifat hissi, secara kasat mata bisa dilihat. Sifatnya tidak abadi hanya mereka saja yang saat itu turut menyaksikan yang benar-benar percaya. Adapun kemukjizatan Al-Qur'an bersifat abadi dapat disaksikan dengan ainul bashirah, mata hati, di setiap masa dan zaman selamanya.
Logika sederhananya begini. Kemukjizatan tongkat Nabi Musa bisa membelah lautan hanya bisa disaksikan oleh umatnya saat itu yang ikut menyaksikan. Adapun generasi setelahnya mau tidak mau ada yang percaya dan ada yang tidak percaya karena tidak secara langsung menyaksikan. Begitupun mukjizat para nabi lainnya yang bersifat hissi. Jadi umat kala itu dipaksa beriman atau percaya kepada Nabi Musa dan para nabi lainnya setelah melihat secara langsung mukjizat tersebut.
Berbeda dengan kemukjizatan al-Quran yang sangat jelas bisa disaksikan siapa saja dan kapan saja. Contoh ada ayat yang mengatakan tentang nyamuk. Para kafir musyrik Mekkah waktu itu mengolok-olok Nabi Muhammad Saw. dengan mengatakan Tuhan Muhammad kekurangan ide hingga nyamuk dibuat percontohan.
Dengan logika al-Quran kita digiring untuk menggunakan ainul bashirah untuk menyaksikan dengan sangat jelas. Jangan terfokus pada tongkat Nabi Musa yang bisa membelah lautan, tapi cukup lihatlah pada lautan. Adakah manusia terhebat manapun yang bisa membuat laut? Jangan terfokus pada penglihatan kepada onta yang bisa dikeluarkan dari batu oleh Nabi Sholeh, tapi adakah manusia terhebat manapun yang bisa membuat onta?
Maka Al-Qur'an cukup menyodorkan contoh nyamuk, makhluk kecil yang dianggap remeh dan sepele. Tidak perlu kita menciptakan atau membuat nyamuk karena tak mungkin bisa. Yang lebih mudah buat saja patung yang mirip persis seperti nyamuk. Dalam diri nyamuk memiliki organ-organ tubuh yang ukurannya tentu lebih kecil lagi, seperti pori-pori, alat kelamin, lubang, urat, kuman, dlsb. Takkan mungkin bisa manusia atau makhluk manapun membuatnya meski sekadar patungnya.
Padahal yang kita saksikan sehari-hari seperti langit, bumi, siang, malam, dlsb. takkan ada yang mampu membuatnya kecuali Dzat yang terhebat, dzatul wajibil wujud. Yang dalam agama Islam disebut dengan nama Allah.
Lebih gamblang dan jelasnya silakan simak dengan seksama ngaji bersama Gus Baha' ini:
https://youtu.be/bgRE0eblQ9o
Nibrosuz Zaman
Video original yang ada gambarnya di sini:
https://youtu.be/VfrqVwchfAU
#SantriMbelinxsID
#NahdhotulUlama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar