Sabtu, 16 November 2019

BERAGAMA DENGAN GEMBIRA ALA GUS BAHA'

BERAGAMA DENGAN GEMBIRA ALA GUS BAHA'
     
Apakah beragama itu serius, kaku, pethenthengan? Enggak lah. Begitu kira-kira penyampaian ceramah Gus Baha', yang saya ikuti tempo hari, Rabu, 3 April di Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang Selatan.

Sepenuhnya, catatan pendek ini saya dapatkan dari Gus Baha', yang siang itu tampil seperti biasa, kemeja putih, kopiah yang diangkat di atas keningnya, dan berbicara dengan santai, tapi tetap sarat makna dan kaya literatur. Gus Baha' mengatakan bahwa nabi dan umat terdahulu itu jelas penuh guyon. Bahkan Allah juga begitu.

“Hubungan Khalik dan makhluk itu mesra. Apalagi antar makhluk, bernama manusia, antara nabi dan sahabat, santri bersama gurunya, wali bersama muridnya.

Lantas Gus Baha' bercerita, diceritakan ketika Nabi Musa mengajak 70 santrinya naik gunung, dawuh dari Allah untuk siap menerima wahyu: Taurat. Ketika di atas gunung, Nabi Musa menyendiri lalu setelah beberapa lama beliau mengajak santrinya turun.

“Yuk, sudah dapat wahyunya. Kita turun sekarang,” kurang lebih begitu Nabi Musa mengajak para santrinya, yang 70 orang itu.

Tapi para santri Nabi Musa protes, “Tidak bisa begitu Wahai Nabi. Kita juga harus sama dong, kami ingin menyaksikan Allah dengan mata kepala sendiri, sama seperti Panjenengan, Wahai Nabi…”

Lalu Allah memerintahkan petir menyambar dan mati semua sahabat atau santri Nabi Musa.

Nabi Musa sedikit kaget. Tapi lantas berkata kepada Tuhan, “Jangan begitu Allah, aku kan butuh saksi yang menyaksikan bahwa benar aku menerima wahyu dariMu. Kalau mati semua kan gak ada saksi? Sekalian saja aku Kau matikan. Hidupkan lagi Ya Allah…”

Dan mereka dihidupkan kembali.

Demikian Gus Baha' bercerita. Tak sepenuhnya bisa dipahami, sebab mungkin tak masuk akal kisah tersebut. Tapi itulah kisah Nabi Musa yang diceritakan Gus Baha', kita bisa menikmatinya, dengan santai sebagai santapan rohani. Agama dalam penyajian Gus Baha' ringan “di kepala”, bahkan gembira, penuh gelak tawa. Lebih dari itu, semoga saja melahirkan hikmah untuk kita semua. 

Anas Farkhani
http://Alif.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERJEMAHAN KITAB KASYIFATUS SAJA - SYARAH SAFINATUN NAJA

TERJEMAHAN KITAB KASYIFATUS SAJA  - SYARAH SAFINATUN NAJA | Pustaka Mampir Karya Syekh Muhammad Nawawi b...