Sabtu, 16 November 2019

MENDEFINISIKAN ISLAM SECARA BENAR

MENDEFINISIKAN ISLAM SECARA BENAR

Sering kali kita menyaksikan orang memperjuangkan Islam dengan definisi yang tidak jelas. Mereka mati-matian memperjuangkan ‘Islam’, tetapi sesungguhnya memperjuangkan budaya di mana Islam mewujudkan dirinya, bukan Islamnya itu sendiri. Yang paling sering terjadi mengatasnamakan Islam untuk kepentingannya sebagai politikus, pebisnis, dan profesi.

Ayat dan hadist dipilih yang paling sesuai dengan kepentingan mereka. Jika tidak menemukan, mereka menafsirkan ayat atau hadist terlalu jauh atau mengarang hadist.

Pernah terjadi penjual terong cemburu kepada tetangganya penjual madu. Madunya laku karena ada hadist Nabi yang sering dikutip:

“Madu bisa menyembuhkan segala macam penyakit.”

Ia lalu meneriakkan hadist palsu: 

“Terong bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit.”

Akhirnya, dagangannya laris karena hadist palsu tersebut.

Masih banyak umat Islam belum bisa membedakan antara ajaran Islam dan budaya Arab, sebuah budaya yang pertama kali mengusung ajaran Islam. Menjadi the best Muslim tidak mesti harus menyerupakan diri dengan orang Arab, orang Mesir, orang Yaman, atau orang Persia. Kita bisa tetap sebagai orang yang berkebudayaan Indonesia dengan berbagai atributnya, tetapi pada saat bersamaan menjadi the best Muslim. Bahkan mungkin tidak kalah dengan Muslim Arab.

Kata Islam tersusun dari huruf sin, lam, mim (salima), sebuah akar kata yang membentuk kata Salam (damai), Islam (kedamaian), Istislam (pembawa kedamaian), dan Taslim (ketundukan, kepasrahan, dan ketenangan).

Salam adalah kedamaian dan kepasrahan dalam pengertian lebih umum. Islam adalah kedamaian dan kepasrahan dalam pengertian yang lebih khusus, memiliki se-perangkat konsepsi nilai dan norma (value and norm).

Istislam adalah seruan kedamai-an dan kepasrahan yang lebih cepat, tegas, rigid, dan sempurna (perfect).

Allah SWT memberi nama agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW dengan agama Islam. Bukan agama Salam (kepasrahan tanpa konsep).

Bukan juga agama Istislam yang lebih mengutamakan kecepatan, ketegasan, dan kesempurnaan dalam memperjuangkan kedamaian dan kepasrahan.

Kata Islam itu sendiri mengisyaratkan jalan tengah atau moderat (tawassuth). Di dalam Al-Qur'an disebutkan:

"Inna al-dina ‘inda Allah al-Islam"

Sesungguhnya agama di sisi Allah hanyalah Islam
(QS Ali Imran/3:19),

"Man yabtagi gair al-islam dinan falan yuqbala minhu"

Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya
(QS Ali Imran/3:19).

Perhatikan ayat-ayat tersebut di atas semuanya menggunakan kata Al-Islam, dengan menggunakan alif ma’rifah (al), bukan Islam dalam bentuk nakirah, bukan juga Salam atau Istislam. Ini semua menunjukkan bahwa dari segi bahasa saja Al-Islam (Islam) sudah mengisyaratkan jalan tengah, moderat, dan sudah barang tentu menolak kekerasan dan keonaran.

Seharusnya seorang Muslim (orang yang ber-agama Islam) itu mengedepankan kedamaian, ketundukan, kepasrahan, dan pada akhirnya merasakan ketenangan lahir batin.

Agaknya kontradiktif jika panji-panji Islam dibawa-bawa untuk sesuatu yang menyebabkan lahirnya kekacauan dan ketidaknyamanan. Apalagi jika atas nama Islam digunakan untuk melayangkan nyawa-nyawa orang yang tidak berdosa, sangat tidak sepadan dengan kata Islam itu sendiri.

Kelompok Minoritas Liberal Muslim memaknai Islam dengan konteks Salam, yang lebih bersifat inklusif-substantif. 

Sementara kelompok Minoritas Radikal Muslim lebih memaknai Islam dengan konteks Istislam, yang menuntut intensitas dan semangat progresif di dalam mewujudkan nilai dan norma Islam.

Kelompok Mainstream Muslim memaknainya sebagai Islam, sebuah sistem nilai dan norma kemanusiaan yang terbuka dan moderat.

Sumber: https://mediaindonesia.com/read/detail/238222-mendefinisikan-islam-secara-benar

#SantriMbelinxsID
#NahdhotulUlama
#AhlussunnahWalJamaahAnNahdhiyyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERJEMAHAN KITAB KASYIFATUS SAJA - SYARAH SAFINATUN NAJA

TERJEMAHAN KITAB KASYIFATUS SAJA  - SYARAH SAFINATUN NAJA | Pustaka Mampir Karya Syekh Muhammad Nawawi b...